Desember
Kita masih tertati dalam belai yang bgitu anarki,
Dari dua belas mata bulan yang menganga,
Kini tinggal menutup mata dan akhirnya akan meninggalkan,
Semua yang menjelmah dari jantung desember ialah tragedi.
Apakah yang perlu di rinduku dari rerintikan air hujan yang mencekam.
Ketika bak air, merenggut, menyapu hingga bersih
Ataukah dari tangisan semeru yang membakar?
Bagaimana bisa duka setabah ini
Haruskah kita lebih taba dari hujan bulan juni?
Ataukah, letusan, gelombang, badai dan curah hujan, yang tak bisa menahan diri,
Melihat keangkuhan manusia hutan di tebang, laut di timbun, dan tangisan bayi yang tak berdosa.
Oleh: M. Sahlan